Adegan dimulai dengan hamparan ladang tebu, dimana Andi (Doni Alamsyah) yang sudah berlumuran penuh darah bekas siksaan hendak dimampuskan oleh Bejo (Alex Abbad) , sudah ndak perlu saya jelaskan kenapa, pokoknya hubungannya ada di The Raid Redemption dulu hehe, dan dorrr…pecahlah kepala Andi berhamburan…dooh bener-bener asem bingit mister Evans sudah membunuh karakter favorit saya di menit pertama.
Kisah pun bergulir disuatu tempat antah berantah menampilkan Rama (Iko uwais) dan dua gelintir temannya yang tersisa, masih dengan luka menganga dimana mana sisa penyergapan sarang gembong narkoba, satu temannya dibawa pergi dengan alasan diobati padahal pasti dipeti mati, dan satu lagi penampakan polisi pengkhianat Wahyu (Pierre Gruno) yang juga langsung dihabisi atas perintah Bunawar (Cok Simbara). Bunawar jugalah yang akhirnya memberitahu Rama bahwa Andi kakaknya mati dibunuh Bejo n the gank, dan inilah saat tepat untuk membalas dendam sekaligus menghancurkan sindikasi Kriminal elite yang juga melibatkan polisi-polisi berpangkat di dalamnya. Atas saran Bunawar, Rama dipenjara dengan tugas khusus mendekati Uco (Arifin Putra) yang juga narapidana. Uco adalah anak bos mafia ,hmm sepertinya mafia hanya cocok kalau di Italia ya, baiklah karena kita di Indonesia maka saya sebut kalau ayah Uco adalah bos Bromocorah tingkat wahid bernama Bangun (Tio Pakusadewo). Jika Rama bisa mendekati Uco, otomatis dia bisa mendekati Bangun , dan otomatis informasi-informasi rahasia untuk mencokok sindikat plus penguasa korup dan penegak keadilan yang berkhianat terbuka luas, dan tentu saja kesempatan bertempur dengan Bejo, rival bangun pun terbuka sebagai aksi balas dendam pribadi. Bagaimana? Jalan cerita yang mungkin amat sangat biasa bagi penggemar film-film action “berpikir” bukan? tapi rileks kawan, sekali lagi semua ini soal selera hehehe, tapi setidaknya The Raid 2 lebih banyak cerita dan konfliknya daripada yang pertama.
***
Mbak Jules cukup keren berantemnya lho ^^
Jangan ditanya adegan apa yang terjadi di setting penjara itu, pukul, tendang, banting, gebuk, tembak, tinju, hajar semua lengkap tersaji. Berpindah lagi saat Rama, Uco dan Eka (Oka Antara) menagih uang kemanan di gudang film bokep milik Topan (Epi Kusnandar), wow…kembali hidangan jotosan frontal tersaji, apalagi saat si cantik Hammer Girl (Julie Estelle) mengeksekusi musuhnya diatas kereta , sumpah itu super duper sadis, bayangin aja palu yang dua sisi itu, bagian palu buat ngepruk kepala, bagian catut buat ngoyak leher, atau saat si manusia baseball dengan pentungan baseball nya bikin keok lawannya dengan ngepruk besi itu tepat di tengkorak.
Jangan pula dilupakan saat Prakoso (Yayan Ruhiyan) diserang habis-habisan oleh Gank Goto di sebuah klub hiburan, dan akhirnya meregang nyawa pas dihabisi oleh the Assasin (Cecep Arif Rahman) ,seharusnya adegan ini bisa menjadi sebuah gambaran yang tragis, ironis dan liris. Sayang sekali karena mungkin saja Gareth Evans ingin sebuah penggambaran yang dramatis, malah bikin saya ngakak sampai mau ngglundhung dari kursi. Untuk lebih jelasnya bayangkan adegan ini. Prakoso terjerembab dengan rambut gondrongnya yang terurai, seluruh tubuhnya penuh darah bekas sabetan sana sini, leher hampir putus kena kama the Assasin dan darah merah segar pun mengalir membasahi tanah putih bersalju, tepat di seberang gerobak penjual mie dok dok. Untunglah logika saya sudah tak titipin tadi, coba kalau ndak mesti saya kepingkel pingkel mulu, eh tapi mungkin saja itu sebuah anekdot yang sengaja dibuat karena sang sutradara kangen negaranya hehe atau mungkin hujan salju itu bayangan indah Prakoso yang rindu anaknya setengah mati, bisa saja kan namanya pas sakaratul maut mungkin orang akan membayangkan sesuatu yang indah di luar batas imaji.
Oom Oka dah kaya di pilem holywood aja gayanya,ciyee.
***